Boleh dikatakan setiap inci kehidupan manusia di dunia ini berkait dengan sabar.
Allah nak ajar dan didik kita untuk jadi orang yang sabar mengikut tahap dan cara yang berbeza.
Setiap kali kita “dicuit” dengan perkara yang kita tidak ingini berlaku, bagaimana reaksi kita.
Sama ada dalam konteks pergaulan seharian kita seharian, hubungan kekeluargaan, urusan bisnes, kehilangan harta-benda, kehilangan orang-orang tersayang dan bermacam lagi.
Sejauh mana kita dapat bersabar melayan kerenah dan perangai manusia di sekeliling kita; anak-anak, pasangan, pelanggan-pelanggan, jiran-jiran, kakitangan dan sebagainya. Sebagaimana mereka juga bersabar dengan perangai kita.
Sejauh mana kita sabar untuk didik hati kita untuk syukuri dan nikmati setiap detik kehidupan yang kita lalui, untuk tidak merungut, berkeluh-kesah dan menyalahkan orang lain serta situasi.
Sejauh mana kita bersabar berusaha mencari solusi.
Sesungguhnya, sabar itu proses yang berlaku untuk mematangkan kita. Proses yang perlukan masa dan latihan seumur hidup.
Sebab itu bila kita lihat orang-orang tua kita, betapa sabarnya mereka.
Sebabnya mereka sudah lalui apa yang kita sedang lalui.
Mereka sudah rasai jerit-perih kehidupan.
Mereka seolah sudah tahu betapa di hujung setiap derita, akan ada bahagia. Itulah manisnya buah kesabaran.
Pesan Ibn Qayyim:
“Ingatlah bahwa lebih baik merasakan pahitnya dunia namun dapat merasakan lezatnya kehidupan akhirat.”
“Sabar dan mengharap pahala itu lebih besar ganjarannya daripada mengharap yang hilang itu kembali.”
Maka jika saat ini kita masih belum temui jawapan untuk setiap persoalan dan masalah yang kita hadapi saat ini, bersabarlah, Allah akan beri jawapan itu pada masa yang tepat.
Mungkin saja kita belum bersedia untuk terima jawapan tersebut pada saat ini. Allah Maha Tahu keperluan setiap hambaNya. Tugas kita berdoa dan terus berusaha.
Semoga Allah golongkan kita bersama golongan yang sabar. Ameen.